MILAN - Dibanding tiga 'rekannya' di Serie A Italia, juara tujuh kali Liga Champions itu menunjukkan kematangannya di kompetisi Eropa. Hampir semua orang mengelus dada ketika Milan terseok-seok di kompetisi domestik Serie A Italia.
Setelah memetik kemenangan atas Siena, Rossoneri dihantam Inter empat gol tanpa balas dan ditahan imbang Livorno tanpa gol. Hasil tersebut langsung memunculkan indikasi tak sedap di internal Milan. Konon kabarnya, akan terjadi perubahan di jajaran pelatih, dari pelatih kepala hingga mereka yang di bawahnya.
Gonjang-ganjing ini begitu keras yang kabarnya mengganggu persiapan Milan untuk melakoni laga berikutnya, yaitu menghadapi Olympique Marseille di Liga Champions. Di tempat berbeda, Inter dan Juventus sedang bersuka cita. Kemenangan demi kemenangan dipetik yang membuat posisi mereka mantap di papan atas klasemen sementara Serie A.
Tak pelak, awan optimisme terlihat menggantung di atas markas mereka. Keyakinan untuk melanjutkan kemenangan juga terus tersiar dari dua kubu tersebut jelang melakoni laga Liga Champions mereka. Lihat saja komentar Jose Mourinho, Ciro Ferrara pra-pertandingan, dan bandingkan pernyataan mereka dengan apa yang dituturkan Leonardo.
Minim sekali pelatih Milan itu memberikan angin surga kepada fans timnya, atau bahkan untuk cukup berani mengkonfrontir lawan. Leonardo sepertinya cukup tahu diri jika dibanding Juventus dan Inter, Milan belum menunjukkan apa-apa sejauh ini.
"Saya hanya akan berusaha membuat tim lebih seimbang," ujarnya beberapa waktu sebelum pertandingan melawan Marseille, tanpa banyak memberi harapan. Dan ketika hari H pertandingan, adalah Milan yang menunjukkan kematangannya. Inter dan Juventus sepertinya masih mempertahankan anggapan 'hanya dominan di domestik'.
Ya, Milan menuai hasil yang sedikit di luar dugaan pengamat. Dengan performa yang masih belum stabil, Milan diprediksi akan tersungkur di Velodrome dengan ditaklukkan Marseille yang kini bertabur bintang.
Nyatanya, Milan malah menang 2-1 dengan dua pemain veteran Filippo Inzaghi dan Clarence Seedorf sebagai pahlawan. Sementara Juventus dan Inter, yang tampil digdaya di kompetisi domestik, tak bisa berbuat apa-apa saat menjamu tamu mereka di kandang sendiri. Dukungan fans sendiri sepertinya tak cukup untuk bisa membawa kedua tim itu menang.
Juventus harus puas bermain seri 1-1 melawan Girondins Bordeaux, dan Inter berbagi angka dengan Barcelona setelah mengakhiri laga dengan tanpa gol. Masalah mental terlihat jelas di sini. Milan, mengutip dari pernyataan Adriano Galliani, memiliki "DNA Liga Champions, dan habitat di kompetisi Eropa", setidaknya semua itu tergambarkan di laga pertama fase kualifikasi Grup pertengahan pekan ini.
Sementara Juventus dan Inter tak memiliki mentalitas itu. Dua tim ini sepertinya terlalu larut dan asyik dengan ketatnya kompetisi domestik. Apa yang salah jika seperti ini? Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pemandangan ini. Hanya saja, Juventus dan Inter sepertinya masih grogi, setidaknya itu pendapat saya.
Sementara Milan, tim ini sudah banyak makan garam ketatnya kompetisi Eropa. Sistem kompetisi yang singkat juga sepertinya pas dengan gaya mereka, walau lawan yang dihadapi bisa dibilang bukan lawan enteng. Bukti yang bisa disodorkan adalah prestasi Milan di kancah Eropa dan dunia, luar biasa untuk ukuran Italia.
Untuk Liga Champions, terutama di laga pertama, Juventus dan Inter sepertinya harus mengakui keunggulan Milan, karena mereka adalah tim yang lebih baik di kompetisi ini, baik dalam hal sejarah, statistik pertandingan pertama dan hasil akhir dengan lawan yang kurang lebih memiliki level sama, bukan begitu?
Setelah memetik kemenangan atas Siena, Rossoneri dihantam Inter empat gol tanpa balas dan ditahan imbang Livorno tanpa gol. Hasil tersebut langsung memunculkan indikasi tak sedap di internal Milan. Konon kabarnya, akan terjadi perubahan di jajaran pelatih, dari pelatih kepala hingga mereka yang di bawahnya.
Gonjang-ganjing ini begitu keras yang kabarnya mengganggu persiapan Milan untuk melakoni laga berikutnya, yaitu menghadapi Olympique Marseille di Liga Champions. Di tempat berbeda, Inter dan Juventus sedang bersuka cita. Kemenangan demi kemenangan dipetik yang membuat posisi mereka mantap di papan atas klasemen sementara Serie A.
Tak pelak, awan optimisme terlihat menggantung di atas markas mereka. Keyakinan untuk melanjutkan kemenangan juga terus tersiar dari dua kubu tersebut jelang melakoni laga Liga Champions mereka. Lihat saja komentar Jose Mourinho, Ciro Ferrara pra-pertandingan, dan bandingkan pernyataan mereka dengan apa yang dituturkan Leonardo.
Minim sekali pelatih Milan itu memberikan angin surga kepada fans timnya, atau bahkan untuk cukup berani mengkonfrontir lawan. Leonardo sepertinya cukup tahu diri jika dibanding Juventus dan Inter, Milan belum menunjukkan apa-apa sejauh ini.
"Saya hanya akan berusaha membuat tim lebih seimbang," ujarnya beberapa waktu sebelum pertandingan melawan Marseille, tanpa banyak memberi harapan. Dan ketika hari H pertandingan, adalah Milan yang menunjukkan kematangannya. Inter dan Juventus sepertinya masih mempertahankan anggapan 'hanya dominan di domestik'.
Ya, Milan menuai hasil yang sedikit di luar dugaan pengamat. Dengan performa yang masih belum stabil, Milan diprediksi akan tersungkur di Velodrome dengan ditaklukkan Marseille yang kini bertabur bintang.
Nyatanya, Milan malah menang 2-1 dengan dua pemain veteran Filippo Inzaghi dan Clarence Seedorf sebagai pahlawan. Sementara Juventus dan Inter, yang tampil digdaya di kompetisi domestik, tak bisa berbuat apa-apa saat menjamu tamu mereka di kandang sendiri. Dukungan fans sendiri sepertinya tak cukup untuk bisa membawa kedua tim itu menang.
Juventus harus puas bermain seri 1-1 melawan Girondins Bordeaux, dan Inter berbagi angka dengan Barcelona setelah mengakhiri laga dengan tanpa gol. Masalah mental terlihat jelas di sini. Milan, mengutip dari pernyataan Adriano Galliani, memiliki "DNA Liga Champions, dan habitat di kompetisi Eropa", setidaknya semua itu tergambarkan di laga pertama fase kualifikasi Grup pertengahan pekan ini.
Sementara Juventus dan Inter tak memiliki mentalitas itu. Dua tim ini sepertinya terlalu larut dan asyik dengan ketatnya kompetisi domestik. Apa yang salah jika seperti ini? Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pemandangan ini. Hanya saja, Juventus dan Inter sepertinya masih grogi, setidaknya itu pendapat saya.
Sementara Milan, tim ini sudah banyak makan garam ketatnya kompetisi Eropa. Sistem kompetisi yang singkat juga sepertinya pas dengan gaya mereka, walau lawan yang dihadapi bisa dibilang bukan lawan enteng. Bukti yang bisa disodorkan adalah prestasi Milan di kancah Eropa dan dunia, luar biasa untuk ukuran Italia.
Untuk Liga Champions, terutama di laga pertama, Juventus dan Inter sepertinya harus mengakui keunggulan Milan, karena mereka adalah tim yang lebih baik di kompetisi ini, baik dalam hal sejarah, statistik pertandingan pertama dan hasil akhir dengan lawan yang kurang lebih memiliki level sama, bukan begitu?
sumber : kompas.com
0 komentar:
Post a Comment