SIENA - Penyerang Alexandre Pato memberikan tiga poin perdana bagi AC Milan di musim 2009-2010. Ia mencetak sepasang gol yang membuat Milan menang 2-1 atas AC Siena di Stadion Artemio Franchi, Sabtu atau Minggu (23/8) dini hari WIB.
Keberhasilan Pato itu tidak lepas dari dukungan rekan-rekan timnya. Secara khusus, Ronaldinho pantas mendapat apresiasi karena pergerakan dan umpan-umpannya memungkinkan rekan timnya mendapat ruang tembak. Dan, terlepas dari kesulitan menembus pertahanan berlapis, koordinasi permainan Milan masih menunjukkan kualitas dan mental permainan yang kompetitif. Mereka mampu mendominasi pertandingan sejak awal.
Permainan umpan silang yang dimotori Gianluca Zambrotta langsung menghidupkan serangan Milan. Sayang, rapatnya lini belakang Siena menyulitkan Alexandre Pato atau Marco Boriello menuntaskan usaha Zambrotta dengan gol.
Kesulitan berebut bola di dalam kotak penalti, Pato mencoba memecah kebuntuan dengan tembakan dari luar kotak penalti. Sebuah tendangan jarak jauh Pato di menit ke-13, misalnya, hampir memberikan keunggulan bagi Milan. Sayang, tendangan itu masih bisa diblok kiper Gianluca Curci. Tak kunjung berhasil dengan usaha itu, Milabn mencoba memperkaya variasi permainan dengan membangun serangan dari sektor tengah.
Trisula Boriello, Pato, dan Ronaldinho mampu menyuguhkan kerja sama apik di kotak penalti. Usaha itu cukup efektif membuka ruang di jantung pertahanan Siena. Pada menit ke-29, memanfaatkan umpan Pato, Ronaldinho melepaskan bola ke tengah gawang Siena. Lagi-lagi, tembakan akurat itu masih bisa ditebas Curci.
Rupanya, itulah akhir kesaktian Curci karena dua menit setelah itu, Pato mampu menjebol gawang Siena dan membawa Milan unggul 1-0. Setelah menerima umpan terobosan Ronaldinho, dari tengah kotak penalti, Pato menirim bola masuk ke sudut kiri bawah gawang Siena. Bola melesat begitu keras sehingga Cursi tak sanggup menjangakaunya.
Sayang, Milan tak mampu mempertahankan keunggulan itu. Gairah memperbesar kemenangan membuat mereka lengah kehilangan kewaspadaan. Akibatnya, pada menit ke-34, Andrea Pirlo dkk dipaksa melihat gawang mereka dibobol oleh Abdel Kader Ghezzal. Ia berhasil membobol gawang Milan setelah memanfaatkan bola muntah hasl tendangan Lukas Jarolim yang ditepis Storari. Gol itu membangkitkan gairah tempur Siena.
Mereka pun mulai berani melayani permainan Milan di lini tengah. Milan tidak kesulitan mengimbangi ajakan duel Siena. Namun, mereka nyaris tak punya peluang menambah gol. Skor 1-1 bertahan hingga turun minum. Memasuki babak kedua, Milan langsung menggebrak dengan permainan cepat. Taktik ini berhasil. Milan kembali unggul berkat gol Pato di menit ke-47. Gol bermula dari umpan Ronaldinho kepada Mathieu Flamini.
Melihat Pato tak terkawal, Flamini meneruskan umpan itu kepada Pato yang tanpa kesulitan melesakkan bola ke tengah gawang Curci. Setelah gol itu, Ronaldinho semakin luwes memainkan peran sebagai trequartista. Dengan kelincahan gocekan bola, akurasi umpan atau tembakan, ia berhasil merusak konsentrasi barisan bek Siena sekaligus menciptakan peluang gol.
Pada menit ke-68, misalnya, kerja samanya dengan Boriello nyaris saja memperbesar keunggulan Milan. Saat itu, memanfaatkan sodoran bola dari Boriello, ia melakukan overhead kick tepat ke sisi atas gawang Siena. Sayang, ujung jari Cursi masih sempat menyentuh bola dan membelokannya keluar arena.
Sebuah aksi Ronaldinho di menit ke-86 juga nyaris berbuah hat-trick Pato. Di tengah kepungan bek lawan, Ronaldinho mampu melepaskan umpan terobosan kepada Pato. Sayang, tembakan Pato masih melebar dari sasaran. Milan akhirnya harus puas melihat permainan apik mereka dibayar dengan kemenangan 2-1.
Masih ada kesempatan bagi mereka memperbaiki kemampuan finishing. Yang jelas, performa Pato dan Ronaldinho bisa sedikit mengatasi keraguan Milanisti terhadap performa tim kesayangan mereka.
Keberhasilan Pato itu tidak lepas dari dukungan rekan-rekan timnya. Secara khusus, Ronaldinho pantas mendapat apresiasi karena pergerakan dan umpan-umpannya memungkinkan rekan timnya mendapat ruang tembak. Dan, terlepas dari kesulitan menembus pertahanan berlapis, koordinasi permainan Milan masih menunjukkan kualitas dan mental permainan yang kompetitif. Mereka mampu mendominasi pertandingan sejak awal.
Permainan umpan silang yang dimotori Gianluca Zambrotta langsung menghidupkan serangan Milan. Sayang, rapatnya lini belakang Siena menyulitkan Alexandre Pato atau Marco Boriello menuntaskan usaha Zambrotta dengan gol.
Kesulitan berebut bola di dalam kotak penalti, Pato mencoba memecah kebuntuan dengan tembakan dari luar kotak penalti. Sebuah tendangan jarak jauh Pato di menit ke-13, misalnya, hampir memberikan keunggulan bagi Milan. Sayang, tendangan itu masih bisa diblok kiper Gianluca Curci. Tak kunjung berhasil dengan usaha itu, Milabn mencoba memperkaya variasi permainan dengan membangun serangan dari sektor tengah.
Trisula Boriello, Pato, dan Ronaldinho mampu menyuguhkan kerja sama apik di kotak penalti. Usaha itu cukup efektif membuka ruang di jantung pertahanan Siena. Pada menit ke-29, memanfaatkan umpan Pato, Ronaldinho melepaskan bola ke tengah gawang Siena. Lagi-lagi, tembakan akurat itu masih bisa ditebas Curci.
Rupanya, itulah akhir kesaktian Curci karena dua menit setelah itu, Pato mampu menjebol gawang Siena dan membawa Milan unggul 1-0. Setelah menerima umpan terobosan Ronaldinho, dari tengah kotak penalti, Pato menirim bola masuk ke sudut kiri bawah gawang Siena. Bola melesat begitu keras sehingga Cursi tak sanggup menjangakaunya.
Sayang, Milan tak mampu mempertahankan keunggulan itu. Gairah memperbesar kemenangan membuat mereka lengah kehilangan kewaspadaan. Akibatnya, pada menit ke-34, Andrea Pirlo dkk dipaksa melihat gawang mereka dibobol oleh Abdel Kader Ghezzal. Ia berhasil membobol gawang Milan setelah memanfaatkan bola muntah hasl tendangan Lukas Jarolim yang ditepis Storari. Gol itu membangkitkan gairah tempur Siena.
Mereka pun mulai berani melayani permainan Milan di lini tengah. Milan tidak kesulitan mengimbangi ajakan duel Siena. Namun, mereka nyaris tak punya peluang menambah gol. Skor 1-1 bertahan hingga turun minum. Memasuki babak kedua, Milan langsung menggebrak dengan permainan cepat. Taktik ini berhasil. Milan kembali unggul berkat gol Pato di menit ke-47. Gol bermula dari umpan Ronaldinho kepada Mathieu Flamini.
Melihat Pato tak terkawal, Flamini meneruskan umpan itu kepada Pato yang tanpa kesulitan melesakkan bola ke tengah gawang Curci. Setelah gol itu, Ronaldinho semakin luwes memainkan peran sebagai trequartista. Dengan kelincahan gocekan bola, akurasi umpan atau tembakan, ia berhasil merusak konsentrasi barisan bek Siena sekaligus menciptakan peluang gol.
Pada menit ke-68, misalnya, kerja samanya dengan Boriello nyaris saja memperbesar keunggulan Milan. Saat itu, memanfaatkan sodoran bola dari Boriello, ia melakukan overhead kick tepat ke sisi atas gawang Siena. Sayang, ujung jari Cursi masih sempat menyentuh bola dan membelokannya keluar arena.
Sebuah aksi Ronaldinho di menit ke-86 juga nyaris berbuah hat-trick Pato. Di tengah kepungan bek lawan, Ronaldinho mampu melepaskan umpan terobosan kepada Pato. Sayang, tembakan Pato masih melebar dari sasaran. Milan akhirnya harus puas melihat permainan apik mereka dibayar dengan kemenangan 2-1.
Masih ada kesempatan bagi mereka memperbaiki kemampuan finishing. Yang jelas, performa Pato dan Ronaldinho bisa sedikit mengatasi keraguan Milanisti terhadap performa tim kesayangan mereka.
Susunan pemain:
Siena: Curci; Brandao, Ficagna, Del Grosso, Rossettini; Codrea (Ekdal 57), Fini (Paolucci 57), Vergassola, Jarolim (Reginaldo 79); Maccarone, Paolucci
Milan: Storari; Thiago Silva, Nesta, Zambrotta, Jankulovski; Pirlo, Flamini, Gattuso (Ambrosini 59), Ronaldinho; Boriello, Pato
0 komentar:
Post a Comment