MILAN - Usia boleh tua, tapi Filippo Inzaghi selalu berhasrat melayani AC Milan. Ia puas dengan gol yang diciptakannya musim ini dan akan terus mengulangnya hingga pensiun. Inzaghi hampir tak pernah dimainkan selama separuh musim ini.
Cederanya membuat pelatih Carlo Ancelotti mulai sering memainkannya tahun ini. Pippo menjawab tugas singkat itu dengan baik. Sebelas gol yang dicetaknya di Serie A menjadikan pemain 35 tahun itu pencetak gol terbanyak Milan setelah Ricardo Kaka. “Aku sangat menyukai bermain bagi tim hebat ini dan sumber kepuasanku adalah mencapai sukses dalam umurku sekarang ini,” kata Super Pippo kepada Sky Sport Italia.
Bukan anugerah dadakan jika Pippo mampu melakukannya. Mantan pemain Juventus itu harus bekerja keras untuk meraih semua itu, apalagi ia harus bersaing dengan dua juniornya, Alexandre Pato dan Andriy Shevchenko. Ia sempat meredup di bawah bayang-bayang Pato. Namun, kerja kerasnya bagai kelapa tua yang mengeluarkan santan, makin tua makin baik.
Ini membuatnya ingin selalu bertahan di San Siro. “Aku tidak pernah berpikir untuk pindah karena aku sering bermain di sini dan itu normal karena selama bertahun-tahun mereka mencari orang lain untuk posisiku," tambah pengoleksi dua hattrick musim ini.
"Setelah semua momen hebatku di sini, aku ingin mengakhiri karier di Milan." Atas kerja kerasnya itu, Pippo tak meminta pamrih lebih. Kalaupun Milan gagal meraih Scudetto, ia rela. Baginya, yang penting "Il Diavolo" maju ke Liga Champions musim depan.
Cederanya membuat pelatih Carlo Ancelotti mulai sering memainkannya tahun ini. Pippo menjawab tugas singkat itu dengan baik. Sebelas gol yang dicetaknya di Serie A menjadikan pemain 35 tahun itu pencetak gol terbanyak Milan setelah Ricardo Kaka. “Aku sangat menyukai bermain bagi tim hebat ini dan sumber kepuasanku adalah mencapai sukses dalam umurku sekarang ini,” kata Super Pippo kepada Sky Sport Italia.
Bukan anugerah dadakan jika Pippo mampu melakukannya. Mantan pemain Juventus itu harus bekerja keras untuk meraih semua itu, apalagi ia harus bersaing dengan dua juniornya, Alexandre Pato dan Andriy Shevchenko. Ia sempat meredup di bawah bayang-bayang Pato. Namun, kerja kerasnya bagai kelapa tua yang mengeluarkan santan, makin tua makin baik.
Ini membuatnya ingin selalu bertahan di San Siro. “Aku tidak pernah berpikir untuk pindah karena aku sering bermain di sini dan itu normal karena selama bertahun-tahun mereka mencari orang lain untuk posisiku," tambah pengoleksi dua hattrick musim ini.
"Setelah semua momen hebatku di sini, aku ingin mengakhiri karier di Milan." Atas kerja kerasnya itu, Pippo tak meminta pamrih lebih. Kalaupun Milan gagal meraih Scudetto, ia rela. Baginya, yang penting "Il Diavolo" maju ke Liga Champions musim depan.
0 komentar:
Post a Comment