December 20, 2007

0
Jelang Inter vs Milan : Bukan Derby Saling Membenci

Tak seperti derby lain di Italia, laga AC Milan vs Internazionale jarang diwarnai bentrok antarsuporter. Buat warga Kota Milan ini memang bukan perang saudara, tapi perseteruan antaranggota keluarga. Maaf jika berlebihan, tapi keindahan sebuah derby di pentas sepakbola ya adanya memang di kota mode Italia ini. Indah dalam arti sepakbola yang "murni", tanpa dicampuradukkan dengan bumbu-bumbu lain seperti politik, sosial, atau agama. Beda misalnya dengan derby di kota Roma, Glasgow (Skotlandia), atau Madrid (Spanyol), yang kerap membuat tensi pertandingan melebar sampai ke luar stadion. Okelah, suatu waktu derby ini pernah dikait-katikan dengan urusan politik.
Inter secara tradisi sempat dianggap representasi kalangan konservatif yang didukung oleh orang-orang kaya di kota ini. Pemilik yang sekarang yang juga Raja Minyak Italia, Massimo Moratti, merupakan orang kiri dalam peta politik domestik yang pernah dicalonkan sebagai walikota Milan oleh aliansi partai-partai berhaluan tengah-kiri. Milan sebaliknya. Klub ini pernah diidentikkan sebagai tim kelas pekerja yang didukung oleh semacam serikat-serikat buruh. "Si Tuan Besar" Silvio Berlusconi adalah konglomerat media yang juga pemimpin Forza Italia, partai oposisi beraliran tengah-kanan.
Tifosi Milan tentu amat bangga melihat patronnya itu saat ini menjabat perdan menteri Italia. Akan tetapi perbedaan politik di atas sudah basi sekitar satu dekade lalu. Yang ada saat ini ya tinggal urusan sepakbola. Derby Milan adalah soal prestise, tentang sentakan cinta domestik warga kota ini. Jangan heran kalau sampai beberapa jam sebelum kedua tim ini berlaga pun para Milanisti dan Internisti masih sempat-sempatnya minum bareng di bar atau kafe yang sama dan saling berkelakar akrab. "Kami tidak suka satu sama lain, tapi mungkin kami berdua lebih membenci Juventus," tutur seorang fans Inter. "Memang ada ejekan atau lelucon di antara kami, tapi tetap ada batasnya. Kami toh tinggal di jalanan yang sama, bekerja di tempat yang sama, dan bepergian dengan metro yang sama.
Kadang-kadang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tapi itu jarang." Beberapa hari lalu percikan api perseteruan sempat muncul menyusul komentar Roberto Mancini soal Kejuaraan Dunia Antarklub yang baru dimenangi Milan. Tapi pelatih 43 tahun itu kemudian mengklarifikasi dan menyebut adanya kesalahan interpretasi wartawan dan justru mengucapkan selamat pada Carlo Ancelotti. "Saya mengucapkan selamat dan pujian pada Ancelotti dan Milan, karena banyak jurnalis memunculkan masalah dengan memutar kata-kata saya," sahut Mancini. Dalam beberapa tahun terakhir, insiden paling mengerikan yang terjadi dalam derby Milan itu adalah kasus pelemparan mercon yang mengenai kepala Dida di perempatfinal Liga Champions tahun 2005 lalu.
Namun kekesalan yang dirasakan fans Milan karena pemain kesayangannya dilukai, dan dongkolnya tiffosi Inter karena timnya tersingkir, tak berlanjut di luar lapangan. Tak ada laporan soal kerusuhan suporter usai laga yang akhirnya dihentikan di menit 74 itu. Akhir pekan ini San Siro kembali mempersatukan sebuah keluarga bernama Kota Milan. Keluarga yang akan beradu urat saat mendukung timnya masing-masing lalu menjalankan kembali keharmonisan yang memang sudah tercipta saat melangkah keluar stadion dan berjalan menuju rumahnya yang mungkin bersebelahan. Jika orang bilang sepakbola menyatukan warga dunia, maka San Siro adalah pemersatu warga kota Milan.
Di stadion megah berkapasitas 85.700 penonton ini magis sepakbola betul-betul dirasakan pengunjungnya. Nyala kembang api, gemuruh teriakan suporter, warna-warni dari aneka kostum dan produk: Well, apalagi yang lebih indah dari suasana seperti itu? Kenapa harus gontok-gontokan?

0 komentar:

 
Blog Milanisti | AC Milan News Update | © 2011 by RedBlack | Supported by AC Milan Wallpaper