ROMA - Media-media Italia menilai, AC Milan bermain lebih baik ketimbang Manchester United (MU), saat berduel di leg pertama 16 besar Liga Champions, Selasa (16/2/2010). Namun, mereka juga menilai, Manchester United pantas menang dengan skor 3-2, hanya karena mampu membuat pengecualian, melalui Wayne Rooney.
Media Italia biasanya mudah melemparkan kecaman ketika tim mereka kalah di Liga Champions. Lihat saja bagaimana mereka mendesak pelatih Italia, Marcello Lippi untuk melakukan regenerasi dan mempertimbangkan memanggul Antonio Cassano, menyusul performa buruk di Piala Konfederasi 2009 silam.
Namun, untuk kasus Milan, mereka memberi pengecualian. Menurut mereka, Milan menampilkan performa luar biasa pada pertandingan itu. Selain mendominasi, mereka juga konsisten membahayakan gawang tuan rumah. Sayangnya, Milan tak punya pemain yang cukup mengerti kelemahan kiper Edwin van der Sar, sehingga peluang pun tersia-sia.
Sebaliknya, MU yang kesulitan mengembangkan permainan justru berhasil unggul berkat insting gol tajam Rooney, yang mampu menempatkan diri dan mengambil keputusan secara tepat, sehingga bisa memaksimalkan peluang, dalam situasi sulit.
Gol kedua dan ketiga MU, yang dicetak Rooney, terjadi akibat kesalahan bek Milan, yang sebetulnya jarang muncul sepanjang laga. Dalam dua kesempatan itu, Rooney berhasil menemukan posisi yang membuatnya lepas dari perhatian bek, namun tetap bisa mendapat ruang untuk menjangkau umpan dan menanduknya ke gawang lawan.
"Rooney yang tak bisa dilawan membuat perbedaan antara Milan dan United. Milan menciptakan (peluang), Rooney yang menghancurkan. Itu adalah inti pertandingan di San Siro antara 'I Rossoneri' dan Manchester United. Milan harus menunaikan misi sulit di Old Trafford (leg kedua) setelah menderita kekalahan 2-3, hanya untuk menunjukkan sepak bola hebat namun gagal membalik hasil," tulis Corriere dello Sport.
"Tim asuhan Leonardo mendominasi pertandingan, terutama di babak pertama, namun beku di depan gawang, sekali, dua kali, tiga kali (gagal). Dan kemudian Rooney, fenomena Inggris, menuntaskan dengan dua gol dalam waktu delapan menit," lanjut mereka. "Manchester United akhirnya menemukan harinya. Pada usaha (pertemuan) kelima, tim Inggris itu menaklukkan tuah San Siro.
Milan bermain baik selama 30 menit, tetapi Rooney menjadi lakon utama," timpal Il Giornale. Soal Rooney, media Italia memiliki satu suara. Namun, untuk masalah peluang Milan di leg kedua, di Old Trafford, 10 Maret mendatang, media Italia memiliki prediksi berbeda. "(MU) seperti sebuah tim Italia dari era yang berbeda, menaklukkan San Siro dan mendapatkan pegangan cukup kuat untuk lolos ke perempat final Liga Champions.
Milan kini menghadapi tantangan mengerikan di leg kedua," ungkap La Gazetta dello Sport. Berbeda dari itu, Corriere della Sera menilai, gol Clarence Seedorf di menit ke-85 (gol kedua Milan) telah memberikan harapan untuk lolos. Tentu saja, Milan harus kembali menunjukkan performa, setidaknya, seperti di leg pertama itu.
"Pertemuan pertama dimenangkan Manchester United. 'The Red Devils' menang 3-2 atas 'I Rossoneri'. Namun, gol telat Seedorf memberikan Milan harapan untuk leg kedua," tulis Corriere della Sera. (
Media Italia biasanya mudah melemparkan kecaman ketika tim mereka kalah di Liga Champions. Lihat saja bagaimana mereka mendesak pelatih Italia, Marcello Lippi untuk melakukan regenerasi dan mempertimbangkan memanggul Antonio Cassano, menyusul performa buruk di Piala Konfederasi 2009 silam.
Namun, untuk kasus Milan, mereka memberi pengecualian. Menurut mereka, Milan menampilkan performa luar biasa pada pertandingan itu. Selain mendominasi, mereka juga konsisten membahayakan gawang tuan rumah. Sayangnya, Milan tak punya pemain yang cukup mengerti kelemahan kiper Edwin van der Sar, sehingga peluang pun tersia-sia.
Sebaliknya, MU yang kesulitan mengembangkan permainan justru berhasil unggul berkat insting gol tajam Rooney, yang mampu menempatkan diri dan mengambil keputusan secara tepat, sehingga bisa memaksimalkan peluang, dalam situasi sulit.
Gol kedua dan ketiga MU, yang dicetak Rooney, terjadi akibat kesalahan bek Milan, yang sebetulnya jarang muncul sepanjang laga. Dalam dua kesempatan itu, Rooney berhasil menemukan posisi yang membuatnya lepas dari perhatian bek, namun tetap bisa mendapat ruang untuk menjangkau umpan dan menanduknya ke gawang lawan.
"Rooney yang tak bisa dilawan membuat perbedaan antara Milan dan United. Milan menciptakan (peluang), Rooney yang menghancurkan. Itu adalah inti pertandingan di San Siro antara 'I Rossoneri' dan Manchester United. Milan harus menunaikan misi sulit di Old Trafford (leg kedua) setelah menderita kekalahan 2-3, hanya untuk menunjukkan sepak bola hebat namun gagal membalik hasil," tulis Corriere dello Sport.
"Tim asuhan Leonardo mendominasi pertandingan, terutama di babak pertama, namun beku di depan gawang, sekali, dua kali, tiga kali (gagal). Dan kemudian Rooney, fenomena Inggris, menuntaskan dengan dua gol dalam waktu delapan menit," lanjut mereka. "Manchester United akhirnya menemukan harinya. Pada usaha (pertemuan) kelima, tim Inggris itu menaklukkan tuah San Siro.
Milan bermain baik selama 30 menit, tetapi Rooney menjadi lakon utama," timpal Il Giornale. Soal Rooney, media Italia memiliki satu suara. Namun, untuk masalah peluang Milan di leg kedua, di Old Trafford, 10 Maret mendatang, media Italia memiliki prediksi berbeda. "(MU) seperti sebuah tim Italia dari era yang berbeda, menaklukkan San Siro dan mendapatkan pegangan cukup kuat untuk lolos ke perempat final Liga Champions.
Milan kini menghadapi tantangan mengerikan di leg kedua," ungkap La Gazetta dello Sport. Berbeda dari itu, Corriere della Sera menilai, gol Clarence Seedorf di menit ke-85 (gol kedua Milan) telah memberikan harapan untuk lolos. Tentu saja, Milan harus kembali menunjukkan performa, setidaknya, seperti di leg pertama itu.
"Pertemuan pertama dimenangkan Manchester United. 'The Red Devils' menang 3-2 atas 'I Rossoneri'. Namun, gol telat Seedorf memberikan Milan harapan untuk leg kedua," tulis Corriere della Sera. (
sumber : kompas.com
0 komentar:
Post a Comment