MARSEILLE - Pelatih AC Milan, Leonardo tidak gentar menghadapi persaingan dengan Real Madrid di fase penyisihan grup Liga Champions. Menurutnya, kekuatan Madrid selama ini masih berupa hitung-hitungan di atas kertas.
Padahal, hasil akhir baru diketahui setelah pertandingan. Milan dan Madrid masuk dalam Grup-C. Di sana, juga ada Olympique Marseille dan FC Zurich. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, Milan dan Madrid harus diakui menjadi lakon utama di grup ini.
Menilik latar belakang, Milan dan Madrid tercatat sebagai tim paling sukses di Liga Champions. Hingga saat ini, Madrid masih menjadi raja Eropa dengan koleksi sembilan trofi. Milan sendiri berhasil mengumpulkan tujuh gelar. Persaingan tradisi itu semakin menarik ketika dikaitkan dengan generasi penerus yang ada sekarang.
Dengan kekuatan finansial, Madrid berhasil mengumpulkan bintang-bintang terbaik dunia, misalnya Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan tentu saja, Ricardo Kaka. Kehadiran pemain top di setiap lini membuat Madrid diunggulkan bisa meraih gelar kesepuluh musim ini. Berbeda dengan itu, Milan malah terlihat kurang darah dan tanpa ambisi.
Atas nama krisis ekonomi, mereka menjual Kaka namun tidak melakukan proses pemulihan signfikan. Pembelian Klaas-Jan Huntelaar, Oguchi Onyewu, dan Thiago Silva tidaklah cukup untuk menutupi lubang yang ditinggalkan Kaka. Leonardo mengakui, hasil perhitungan statistik akan menempatkan Milan di bawah Madrid.
Namun, ia mengingatkan, Milan punya tradisi juara di Eropa dan punya kewajiban menjaga kehormatan itu. Ia yakin, Milan punya peluang untuk membantah semua anggapan miring yang meragukan kualitas Milan saat ini. "Kompetisi (Liga Champions) adalah milik kami dan kami harus mengormatinya. Untuk kami, ini sangat berarti. Kami menderita ketika tidak masuk dalam kompetisi ini musim lalu. Atas alasan itu, kami ingin memberikan yang terbaik tahun ini," ujarnya. "Real Madrid adalah tim yang kuat.
Namun, untuk sekarang, mereka hanyalah tim terkuat di atas kertas," tambahnya. Memang, sebesar apa pun perubahan yang terjadi di kedua kubu, masih terlalu dini untuk memprediksi apa yang akan terjadi di akhir musim nanti. Leonardo pun bersikap realistis dengan menyampingkan Madrid dan fokus menghadapi Olympique Marseille, Rabu (16/9).
"Olympique Marseille adalah tim yang menyerang. Mereka akan banyak berlari dan dengan pemain-pemain cepat, yang maju ke depan. Mereka memiliki alternatif taktik berbeda dan mampu bermain kolektif dengan baik," jelasnya. Menghadapi ancaman itu, Leonardo serius merancang strategi yang paling jitu. berniat mencoret Ronaldinho dan memasang Andrea Pirlo sebagai penyerang lubang.
Massimo Ambrossini, Mathieu Flamini, dan Clarence Seeodorf akan memberi dukungan di belakangnya. Menurut Leonardo, ini akan lebih menjaga keseimbangan tim. "Interpretasinya bisa macam-macam. Namun, yang terpenting adalah organisasi. Saya selalu berusaha memberi keseimbangan kepada tim," tandasnya.
Padahal, hasil akhir baru diketahui setelah pertandingan. Milan dan Madrid masuk dalam Grup-C. Di sana, juga ada Olympique Marseille dan FC Zurich. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, Milan dan Madrid harus diakui menjadi lakon utama di grup ini.
Menilik latar belakang, Milan dan Madrid tercatat sebagai tim paling sukses di Liga Champions. Hingga saat ini, Madrid masih menjadi raja Eropa dengan koleksi sembilan trofi. Milan sendiri berhasil mengumpulkan tujuh gelar. Persaingan tradisi itu semakin menarik ketika dikaitkan dengan generasi penerus yang ada sekarang.
Dengan kekuatan finansial, Madrid berhasil mengumpulkan bintang-bintang terbaik dunia, misalnya Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan tentu saja, Ricardo Kaka. Kehadiran pemain top di setiap lini membuat Madrid diunggulkan bisa meraih gelar kesepuluh musim ini. Berbeda dengan itu, Milan malah terlihat kurang darah dan tanpa ambisi.
Atas nama krisis ekonomi, mereka menjual Kaka namun tidak melakukan proses pemulihan signfikan. Pembelian Klaas-Jan Huntelaar, Oguchi Onyewu, dan Thiago Silva tidaklah cukup untuk menutupi lubang yang ditinggalkan Kaka. Leonardo mengakui, hasil perhitungan statistik akan menempatkan Milan di bawah Madrid.
Namun, ia mengingatkan, Milan punya tradisi juara di Eropa dan punya kewajiban menjaga kehormatan itu. Ia yakin, Milan punya peluang untuk membantah semua anggapan miring yang meragukan kualitas Milan saat ini. "Kompetisi (Liga Champions) adalah milik kami dan kami harus mengormatinya. Untuk kami, ini sangat berarti. Kami menderita ketika tidak masuk dalam kompetisi ini musim lalu. Atas alasan itu, kami ingin memberikan yang terbaik tahun ini," ujarnya. "Real Madrid adalah tim yang kuat.
Namun, untuk sekarang, mereka hanyalah tim terkuat di atas kertas," tambahnya. Memang, sebesar apa pun perubahan yang terjadi di kedua kubu, masih terlalu dini untuk memprediksi apa yang akan terjadi di akhir musim nanti. Leonardo pun bersikap realistis dengan menyampingkan Madrid dan fokus menghadapi Olympique Marseille, Rabu (16/9).
"Olympique Marseille adalah tim yang menyerang. Mereka akan banyak berlari dan dengan pemain-pemain cepat, yang maju ke depan. Mereka memiliki alternatif taktik berbeda dan mampu bermain kolektif dengan baik," jelasnya. Menghadapi ancaman itu, Leonardo serius merancang strategi yang paling jitu. berniat mencoret Ronaldinho dan memasang Andrea Pirlo sebagai penyerang lubang.
Massimo Ambrossini, Mathieu Flamini, dan Clarence Seeodorf akan memberi dukungan di belakangnya. Menurut Leonardo, ini akan lebih menjaga keseimbangan tim. "Interpretasinya bisa macam-macam. Namun, yang terpenting adalah organisasi. Saya selalu berusaha memberi keseimbangan kepada tim," tandasnya.
0 komentar:
Post a Comment