MADRID - Setelah delapan musim bermain bagi AC Milan, Kaka pergi dari San Siro musim panas ini. Kini keduanya kembali akan bertemu, bukan sebagai teman melainkan harus saling berhadapan sebagai lawan.
Dari acara pengundian yang dilakukan di Monaco, Kamis (27/8/2009) malam wib, Milan dan Real Madrid ditakdirkan harus beradu tangguh di fase grup Liga Champions musim ini. Keduanya tergabung di Grup C bersama Olympique Marseille dan FC Zurich.
Tentunya sorotan lebih tertuju pada Milan dan Madrid, meskipun tidak ingin mengesampingkan kekuatan Marseille dan Zurich sebagai penghuni lainnya. Publik tentu ingin melihat bagaimana suasa reuni antara Kaka dengan Milan saat keduanya bertemu di tengah lapangan nanti.
Sejak pindah dari Sau Paulo pada 2003 silam, Kaka perlahan namun pasti menjelma jadi pilar penting permainan Rossoneri. Aksi olah bolanya dan gol-golnya sudah banyak membantu Milan meraih kemenangan. Maka ada anggapan bahwa Milan adalah Kaka dan Kaka adalah milan, saking berharganya Kaka bagi tim tersebut.
Tak hanya membawa kemenangan, Kaka pun menjadi aktor penting saat Milan meraih Scudetto Seri A pada musim 2004. Tahun 2007 adalah masa keemasan pesepakbola 27 tahun itu selama berkarir di Milan, selain membawa Il Diavolo Rosso juara Liga Champions 2007, Kaka juga terpilih sebagai pemain terbaik Eropa dan Dunia.
Selain gelar Scudetto dan Liga Champions, Kaka juga menyumbang gelar Super Copa 2003, Super Eropa 2003 dan 2007 serta Piala Dunia Antarklub 2007. Total ia telah menjalani 270 laga bersama Milan di seluruh kompetisi dan menyumbang 95 gol.
Akhir musim lalu menjadi akhir kemesraan pemain bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite itu bersama Milan, setelah klub sekota Inter Milan itu menyetujui transfer 65 juta euro untuk si pemain pindah ke Santiago Bernabeu.
Keputusan manajemen klub menjual Kaka diprotes oleh para Milanisti di Italia, mereka khawatir klubnya bakal menurun prestasinya sepeninggal Kaka. Sejauh ini, kekhawatiran itu sedikit terbukti ketika Milan menjalani laga pra musimnya dengan buruk, meski di laga perdana Seri A lalu Milan mampu menang 2-1 atas Siena.
Pertanyaannya adalah, apakah Milan mampu membuktikan di depan Kaka kalau mereka bisa hebat tanpanya atau Kaka yang akan tersenyum?
Dari acara pengundian yang dilakukan di Monaco, Kamis (27/8/2009) malam wib, Milan dan Real Madrid ditakdirkan harus beradu tangguh di fase grup Liga Champions musim ini. Keduanya tergabung di Grup C bersama Olympique Marseille dan FC Zurich.
Tentunya sorotan lebih tertuju pada Milan dan Madrid, meskipun tidak ingin mengesampingkan kekuatan Marseille dan Zurich sebagai penghuni lainnya. Publik tentu ingin melihat bagaimana suasa reuni antara Kaka dengan Milan saat keduanya bertemu di tengah lapangan nanti.
Sejak pindah dari Sau Paulo pada 2003 silam, Kaka perlahan namun pasti menjelma jadi pilar penting permainan Rossoneri. Aksi olah bolanya dan gol-golnya sudah banyak membantu Milan meraih kemenangan. Maka ada anggapan bahwa Milan adalah Kaka dan Kaka adalah milan, saking berharganya Kaka bagi tim tersebut.
Tak hanya membawa kemenangan, Kaka pun menjadi aktor penting saat Milan meraih Scudetto Seri A pada musim 2004. Tahun 2007 adalah masa keemasan pesepakbola 27 tahun itu selama berkarir di Milan, selain membawa Il Diavolo Rosso juara Liga Champions 2007, Kaka juga terpilih sebagai pemain terbaik Eropa dan Dunia.
Selain gelar Scudetto dan Liga Champions, Kaka juga menyumbang gelar Super Copa 2003, Super Eropa 2003 dan 2007 serta Piala Dunia Antarklub 2007. Total ia telah menjalani 270 laga bersama Milan di seluruh kompetisi dan menyumbang 95 gol.
Akhir musim lalu menjadi akhir kemesraan pemain bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite itu bersama Milan, setelah klub sekota Inter Milan itu menyetujui transfer 65 juta euro untuk si pemain pindah ke Santiago Bernabeu.
Keputusan manajemen klub menjual Kaka diprotes oleh para Milanisti di Italia, mereka khawatir klubnya bakal menurun prestasinya sepeninggal Kaka. Sejauh ini, kekhawatiran itu sedikit terbukti ketika Milan menjalani laga pra musimnya dengan buruk, meski di laga perdana Seri A lalu Milan mampu menang 2-1 atas Siena.
Pertanyaannya adalah, apakah Milan mampu membuktikan di depan Kaka kalau mereka bisa hebat tanpanya atau Kaka yang akan tersenyum?
0 komentar:
Post a Comment