MILAN - Pelatih baru AC Milan, Leonardo, merencanakan revolusi mini di klub itu. Dia akan memanfaatkan teknologi terbaru untuk membangun tim terkuat dan permainan atraktif.
Menurutnya, dia akan menggunakan teknologi yang bisa mendata detil stamina dan penampilan para pemain. Teknik seperti itu sudah dilakukan di Inggris, Spanyol, dan Jerman. Sedangkan di Italia, hal itu masih kurang perhatian. Leonardo juga akan bertindak lebih sebagai manajer tim seperti di Inggris, tidak sekadar pelatih.
Sehingga, dia juga masih menjabat sebagai direktur teknik di Milan. "Saya punya ide memiliki dua asisten. Mereka akan menangani masalah data teknik dan informasi teknologi," kata mantan pemain timnas Brasil yang membawa negaranya juara Piala Dunia 1994 ini. "Orang akan lebih sering melihat saya mengenakan jas dan dasi," tambahnya. Leonardo menjadi pelatih Milan menggantikan Carlo Ancelotti yang pindah ke Chelsea.
Ancelotti sukses membawa I Rossoneri juara Liga Champions pada 2003 dan 2007. Leonardo menjelaskan, dia akan lebih menekankan pendekatan sepak bola atraktif. Itu menjadi target utamanya dalam menangani Milan.
"Saya punya ide untuk lebih banyak melatih pemain dengan bola. Saya ingin tim bisa memainkan bola dengan cepat. Gaya dan filosofi Milan tetap kuat. Formasi 4-3-1-2 akan tetap dipakai, karena itu sudah jadi identitas Milan.
Namun, formasi itu bisa saja berubah. Saya ingin tim memainkan sepak bola menyerang dan menghibur," jelasnya. Sukses Barcelona di bawah pelatih muda, Pep Guardiola (38 tahun) menjadi inspirasi Milan untuk menunjuk Leonardo. Pelatih berumur 39 tahun itu diharapkan juga mampu membawa Milan tampil atraktif, produktif, tapi juga mampu meraih kemenangan.
"Hari ini, sangat normal orang banyak membicarakan Barcelona, karena kesuksesan mereka tahun ini. Gaya saya tak akan meniru orang lain. Ini akan menjadi gaya saya sendiri," tegas Leonardo yang sebelumnya menjadi gelandang serang Milan.
Menurutnya, dia akan menggunakan teknologi yang bisa mendata detil stamina dan penampilan para pemain. Teknik seperti itu sudah dilakukan di Inggris, Spanyol, dan Jerman. Sedangkan di Italia, hal itu masih kurang perhatian. Leonardo juga akan bertindak lebih sebagai manajer tim seperti di Inggris, tidak sekadar pelatih.
Sehingga, dia juga masih menjabat sebagai direktur teknik di Milan. "Saya punya ide memiliki dua asisten. Mereka akan menangani masalah data teknik dan informasi teknologi," kata mantan pemain timnas Brasil yang membawa negaranya juara Piala Dunia 1994 ini. "Orang akan lebih sering melihat saya mengenakan jas dan dasi," tambahnya. Leonardo menjadi pelatih Milan menggantikan Carlo Ancelotti yang pindah ke Chelsea.
Ancelotti sukses membawa I Rossoneri juara Liga Champions pada 2003 dan 2007. Leonardo menjelaskan, dia akan lebih menekankan pendekatan sepak bola atraktif. Itu menjadi target utamanya dalam menangani Milan.
"Saya punya ide untuk lebih banyak melatih pemain dengan bola. Saya ingin tim bisa memainkan bola dengan cepat. Gaya dan filosofi Milan tetap kuat. Formasi 4-3-1-2 akan tetap dipakai, karena itu sudah jadi identitas Milan.
Namun, formasi itu bisa saja berubah. Saya ingin tim memainkan sepak bola menyerang dan menghibur," jelasnya. Sukses Barcelona di bawah pelatih muda, Pep Guardiola (38 tahun) menjadi inspirasi Milan untuk menunjuk Leonardo. Pelatih berumur 39 tahun itu diharapkan juga mampu membawa Milan tampil atraktif, produktif, tapi juga mampu meraih kemenangan.
"Hari ini, sangat normal orang banyak membicarakan Barcelona, karena kesuksesan mereka tahun ini. Gaya saya tak akan meniru orang lain. Ini akan menjadi gaya saya sendiri," tegas Leonardo yang sebelumnya menjadi gelandang serang Milan.
0 komentar:
Post a Comment