Ronaldinho Nyaris Gagal ke Milan

MILAN - Kehadiran Ronaldinho di AC Milan akhirnya menuai hasil setelah ia mencetak gol tunggal ke gawang Inter Milan pada derby della madonnina, Minggu (28/9). Siapa sangka bahwa tadinya striker Brasil itu awalnya hampir tak jadi pindah ke I Rossonerri. Agen dan konsultan transfer Milan, Ernesto Bronzetti mengakui, Milan awalnya sempat menggebu-gebu ketika mengejar pemain Barcelona tersebut.

Sayangnya, proses negosiasi antara El Barca dan Milan berjalan alot karena klub Catalunya itu menginginkan harga tinggi atas pemain tersebut. "Pada tahap tertentu Milan memutuskan bahwa mereka tidak lagi menginginkan Ronaldinho dan semua surat kabar mengutip (Silvio) Berlusconi yang berkata, 'Kami tidak lagi tertarik pada Dinho, kami akan mencoba menarik Adebayor,'" kata Bronzetti kepada Sky Sport Italia. Bukan hanya itu, Bronzetti bahkan sempat diminta untuk membatalkan negosiasi lanjutan terhadap Dinho dengan cara menghubungi agen sekaligus kakak Ronaldinho, Roberto De Assis. Namun, Bronzetti tahu bahwa sebetulnya Milan masih berharap terhadap pemain tersebut sehingga memilih tidak menghubungi Roberto De Assis."Bagaimanapun, saya selalu tahu bahwa Milan masih tertarik kepadanya tapi kemudian Adriano Galliani bilang kepada saya untuk menelepon agen dan kakak Ronaldinho, Roberto De Assis untuk mengatakan kepadanya bahwa kami tidak tertarik dan bilang agar Ronaldinho mencari solusi lain," cerita Bronzetti.

"Saya memiliki 22 alternatif tapi saya tidak meneleponnya. De Assis menghubungi saya karena dia membaca berita bahwa Milan tidak lagi tertarik tapi saya bilang kepadanya itu hanya taktik untuk menurunkan harga pemain. Itu tidak benar. Semua yang dimulai dengan baik harus berakhir dengan baik," tambahnya. Taktik ini tentu saja membahayakan Milan sendiri sebab pada saat yang sama Manchester City justru menawarkan harga lebih mahal kepada Barcelona.

Namun, Ronaldinho akhirnya memilih ke San Siro. Il Diavolo "hanya" membayarnya dengan 21 juta euro meski Barca sebetulnya meminta 35 juta euro. Tak bisa disangkal, dalang dari semua ini adalah Galliani dan Berlusconi.