Brasilia - Cedera berulangkali melanda Ronaldo. Alasan di balik itu, klaim seorang mantan dokter tim Brasil, adalah karena pemain AC Milan tersebut rutin dicekoki doping ketika masih membela PSV Eindhoven. Adalah Bernando Santi yang melemparkan tudingan mencengangkan tersebut, usai Ronaldo sekali lagi dibekap cedera. Banyaknya cedera yang hinggap, menurut Santi, adalah karena steroid yang diberikan kepada penyerang Brasil itu sejak teken kontrak dengan PSV pada usia 17, pada tahun 1994 silam.
Bertujuan untuk membantu pertumbuhan fisik dengan pesat, otot Ronaldo lantas malah tak bisa tumbuh beriringan dengan struktur tulang lututnya. Itulah yang menyebabkan lahirnya serangkaian masalah. "Saya bicara dengan rekan di Belanda yang kenal dengan orang-orang di PSV. Saya tak berkesempatan bicara langsung dengan tim dokter PSV. Mereka memberikan suplemen kepada Ronaldo, yang saat itu sangat kurus, dan di antara suplemen tersebut ada substansi anabolik yang bisa mendongkrak pertumbuhan," beber Santi kepada harian Folha de Sao Paolo, yang diberitakan Goal, Sabtu (16/2/2008).
Santi tak ragu sedikitpun kalau hal itulah yang membuat Ronaldo jadi rentan cedera. "Itu adalah konsekuensi dari tumbuh melebihi kesiapan otot-ototnya. Dia mendapat massa otot dengan cepat, ketika dia belum lagi mencapai kedewasaan. Akibat dari penggunaan steroid muncul dalam jangka panjang, 10, 15, atau 20 tahun kemudian," terang dia. Semenjak membuat komentar tersebut, Santi sudah dipecat oleh CBF --PSSI-nya Brasil--. "CBF mempertimbangkan komentar itu tak pantas bagi pemain yang sedang melewati masa-masa rapuh," tutur juru bicara CBF, Rodrigo Paiva, kepada UOL Esporte.
Sementara itu legenda Brasil Socrates yang juga memiliki kualifikasi sebagai dokter, berargumen kalau problem Ronaldo memang diakibatkan akibat "perlakuan kejam" yang diterimanya pada awal karir. "Ada perbedaan antara massa otot Ronaldo dan otot tendon di lututnya. Kita semua melihat bagaimana Ronaldo tumbuh terlalu pesat di awal karirnya. Itu menghancurkan lututnya, selamanya," tegas Socrates.
Bertujuan untuk membantu pertumbuhan fisik dengan pesat, otot Ronaldo lantas malah tak bisa tumbuh beriringan dengan struktur tulang lututnya. Itulah yang menyebabkan lahirnya serangkaian masalah. "Saya bicara dengan rekan di Belanda yang kenal dengan orang-orang di PSV. Saya tak berkesempatan bicara langsung dengan tim dokter PSV. Mereka memberikan suplemen kepada Ronaldo, yang saat itu sangat kurus, dan di antara suplemen tersebut ada substansi anabolik yang bisa mendongkrak pertumbuhan," beber Santi kepada harian Folha de Sao Paolo, yang diberitakan Goal, Sabtu (16/2/2008).
Santi tak ragu sedikitpun kalau hal itulah yang membuat Ronaldo jadi rentan cedera. "Itu adalah konsekuensi dari tumbuh melebihi kesiapan otot-ototnya. Dia mendapat massa otot dengan cepat, ketika dia belum lagi mencapai kedewasaan. Akibat dari penggunaan steroid muncul dalam jangka panjang, 10, 15, atau 20 tahun kemudian," terang dia. Semenjak membuat komentar tersebut, Santi sudah dipecat oleh CBF --PSSI-nya Brasil--. "CBF mempertimbangkan komentar itu tak pantas bagi pemain yang sedang melewati masa-masa rapuh," tutur juru bicara CBF, Rodrigo Paiva, kepada UOL Esporte.
Sementara itu legenda Brasil Socrates yang juga memiliki kualifikasi sebagai dokter, berargumen kalau problem Ronaldo memang diakibatkan akibat "perlakuan kejam" yang diterimanya pada awal karir. "Ada perbedaan antara massa otot Ronaldo dan otot tendon di lututnya. Kita semua melihat bagaimana Ronaldo tumbuh terlalu pesat di awal karirnya. Itu menghancurkan lututnya, selamanya," tegas Socrates.
0 komentar:
Post a Comment